Sabtu, 27 Agustus 2016

SIMBOL FARMASI DUNIA

Dear all,

Dalam postingan kali ini, kita akan membahas tentang simbol farmasi. Perlu kalian ketahui, simbol farmasi itu tidak hanya ada satu, tapi ada banyak. Untuk lebih jelasnya, silahkan dibaca penjelasan mengenai macam - macam simbol farmasi dibawah ini.. Happy reading!!!!!!!!

1. Simbol Ular Epidaurus di Tongkat Aesculapius.
Simbol ular dari Epidaurus (nama kota) dapat ditemukan di bagian kiri bawah pada gambar perisai di lambang The Royal Pharmaceuticals Society of Great Britain, sebuah organisasi kefarmasian di Britania Raya. Ular Epidaurus menurut mitologi adalah anak buah atau pelayan dari Dewa Aesculapius, Dewa Pengobatan dan Penyembuhan yang merupakan ayah dari Dewi Hygieia. Aesculapius digambarkan selalu bersama ular ini yang sering disebutkan melilit di tongkat dewa tersebut. Ular sendiri dikenal sebagai lambang kebijaksanaan, keabadian dan penyembuhan di kebudayaan tengah dan timur dari masa yang lebih lampau daripada zaman kebudayaan yunani kuno. Meskipun budaya Yunani lah yang paling menunjukan penyimbolan ular, dilihat dari ditemukannya kuil di timur laut peleponnese yang menunjukkan hubungan ular dengan dewa Aesculapius sebagai dewa pengobatan. Sehingga  simbol ular dinilai di dunia cocok untuk mewakili simbol kefarmasian.
                                            Gambar 1. Simbol ular di logo perisai
                                Gambar 2. Dewa Aeculapius, Dewa Pengobatan
                                             Gambar 3. Tongkat Aesculapius
2. Mangkok Hygieia dan Ular dari Epidaurus
Sebenarnya simbol farmasi paling diterima  di dunia, Mangkok higieia adalah variasi dari logo ular epidaurus yang tadi. Dewi Hygieia adalah anak dari Dewa Aesculapius, dan merupakan dewi kesehatan dan kebersihan.
                                           Gambar 4. Mangkuk Higieia
                         Gambar 5. Dewi Hygieia, Dewi Kesehatan dan Kebersihan
 3.Simbol Caduceus
Simbol ini digambarkan sebagai simbol tongkat bersayap yang dililit oleh 2 ular. Tongkat ini merupakan milik Dewa hermes dalam mitologi yunani atau dewa mercurius (mercury) dalam mitologi romawi. Dewa Hermes merupakan dewa pembawa pesan dan dewa perdagangan. Simbol ini pada abad ke 19 digunakan sebagai simbol kefarmasian di eropa
                                             Gambar 6. Simbol Caduceus
                             Gambar 7. Dewa Hermes memegang Caduceus
 4. Simbol Ular mengelilingi pohon palem
Ular yang mengelilingi pohon palem digunakan dulu di dunia kefarmasian prancis dan portugal sekitar abad ke 19. Disamping arti ular sebagai simbol penyembuhan, dalam lambang ini ada makna masing-masing dalam tiap item. Ular melambangkan kerajaan hewan, Pohon palm melambangkan kerajaan tumbuhan dan bebatuan di bawah pohon melambangkan kerajaan Mineral. Ketiga sumberdaya tersebut bisa dimaanfatkan untuk pengobatan.
               Gambar 8. Simbol ular mengelilingi Pohon Palem versi farmasi portugal
5. Green Cross
Simbol Green Cross pertama kali dikenalkan di benua Eropa pada awal abad ke 20 sebagai pengganti Red Cross yang digunakan sebagai lambang beberapa institusi kedokteran dan farmasi di benua tersebut. Simbol ini tidak digunakan di Britania Raya sampai tahun 1984, yang kemudian dijadikan The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain sebagai standar lambang farmasi di Inggris Raya.
                                                 Gambar 9. Simbol Green Cross
6. Mortar dan Stamper
Mortar dan stamper ??? senjata farmasi yang satu ini memang udah jadi trademark bahkan di level dunia. Meksipun alat ini merupakan alat tradisional dalam peracikan, namun sampai sekarang masih banyak digunakan di dunia, termasuk di Indonesia. Bahkan di dataran skandinavia, malah dijadikan simbol dari Apotek disana.
                                         Gambar 10. Mortir dan Stamper
7. Simbol The Carboy
The carboy adalah simbol botol kaca dengan dasar berbentuk bulat dan memanjang sempit di bagian lehernya, yang ditampilkan di apotik berisi cairan berwarna cerah. The Carboy berasal dari bahasa persia yaitu Qarabah yang artinya Guci anggur besar. Mungkin dulu para penjual obat di daerah timur tengah menjual obat dengan guci atau botol kaca seperti itu yang berisi cairan cerah, yang juga terdapat air mawar dan anggur. Simbol ini digunakan pada akhir abad ke 17 sampai abad ke 18. Di Inggris ada penelitian yang menunjukkan di akhir abad ke 18 terdapat korelasi penggunaan simbol tersebut di toko-toko kimia dan farmasi yang ada disana.
                                         Gambar 11. Simbol The Carboy
 8. Simbol RX
RX ini ga ada hubungannya dengan satria baja hitam RX ya (hehehe). RX merupakan istilah yang menunjukan kata Recipe yang biasanya muncul di resep saat awal akan dilakukan penulisan obat. Bisa juga dituliskan ( R/ ). Recipe diterima luas di dunia sebagai bahasa latin yang artinya "ambilah". Jadi jangan sampai keliru kalau menafsirkan arti Recipe  adalah Resep !!!. Ini penting soalnya banyak dosen yang iseng ngetes mahasiswanya dengan pertanyaan seperti ini. RX ini biasa digambarkan bersama mortir dan stamper.
                                    Gambar 12. Logo Rx dan Mortir - Stamper
Demikian simbol-simbol farmasi di Dunia ini. Semoga informasi ini bermanfaat buat kalian semua.

"Simbol adalah sebuah gambar yang menunjukkan filosofi, tidak hanya sebagai penunjuk eksistensi namun lebih sebagai pengingat arti dari visi dan misi dari pergerakan"
Best Regards,

referensi :
Royal Pharmaceutical Society. Pharmaceutical Symbols. Museum Of The Royal Pharmaceutical Society : London 
Sumber Gambar :
Anonim. 2015. http://thespiritscience.net/2011/09/20/1038/
Anonim. 2015. http://www.en.wikipedia.org/wiki/Aesclepius
Anonim. 2015. http://www.en.wikipedia.org/wiki/cadecius
Anonim. 2015. http://www.en.wikipedia.org/wiki/Hygieia
Anonim. 2015. http://www.en.wikipedia.org/wiki/mortar_and_pestle. 
Anonim. 2015. http://www.sellingantiques.co.uk/313138/set-of-three-antique-glass-pharmacy-carboys/
 

CABANG - CABANG ILMU FARMASI

Cabang Ilmu Farmasi, antara lain farmasetika, teknologi farmasi, farmakologi, farmakologi klinik, farmakognosi, biofarmasi, farmakinetika, farmakodinamika, farmakoterapi, toksikologi, farmakoekonomi, farmasi fisika, kimia farmasi, biologi farmasi. dan ditunjang ilmu-ilmu lainnya. Berikut ini akan kita jelaskan secara singkat mengenai cabang ilmu farmasi.
1. Farmasetika
 Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari seni dalam membuat/meracik obat
sehingga dihasilkan suatu bentuk sediaan yang dapat diberikan dan digunakan oleh pasien, farmasetika mencakup ilmu dan teknologi pembuatan sediaan.
2. Teknologi Farmasi
Teknologi Farmasi adalah ilmu yang mempelajari teknik dan prosedur pembuatan obat skala industri farmasi, mencakup seluruh prinsip kerja, perawatan/pemeliharaan alat/sarana/fasilitas produksi sesuai dengan ketentuan cara pembuatan obat yang baik (CPOB)
3. Farmakologi
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari pengaruh obat terhadap sistim fisiologi organisme
4. Farmakologi klinik
Farmakologi klinik adalah cabang ilmu farmakologi yang mempelajari efek obat dan pengobatan terhadap manusia.
5. Farmakognosi
Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari tanaman, mineral, dan hewan serta zat aktifnya yang memiliki kegunaan sebagai obat.
6. Biofarmasi
Biofarmasi adalah ilmu yang mempelajari pengaruh formulasi terhadap efek terapetik obat.
7. Farmakokinetika
Farmakokinetika adalah ilmu yang mempelajari perjalanan obat didalam tubuh, mulai dari absorpsi. distribusi, metabolisme dan eksresi. nasib obat didalam tubuh.
8. Farmakodinamika
Farmakodinamika adalah ilmu yang mempelajari aktivitas obat pada reseptor tubuh, mencakup cara/mekanisme kerja, pengaruh fisiologi serta terapeutik obat.
9. Farmakoterapi
Farmakoterapi adalah ilmu yang mempelajari penggunaan suatu obat dalam terapi/pengobatan suatu penyakit.
10. Toksikologi
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari efek toksik obat terhadap tubuh, toksikologi termasuk dalam kajian kelompok farmakodinamika.
11. Farmakoekonomi
Farmakoekonomi adalah ilmu yang mempelajari rasio efisiensi biaya secara ekonomi terhadap efektivitas suatu obat.
12. Farmasi Fisika
Farmasi Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang analisis kualitatif serta kuantitatif senyawa organik dan anorganik yang berhubungan dengan sifat fisikanya, misalnya spektrometri massa, spektrofotometri, dan kromatografi.
13. Kimia Farmasi
Kimia Farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang analisis kuantitatif dan kualitatif senyawa-senyawa kimia, baik dari golongan organik (alifatik, aromatik, alisiklik, heterosiklik) maupun anorganik yang berhubungan dengan khasiat dan penggunaannya sebagai obat.
14. Biologi Farmasi
Biologi Farmasi adalah Ilmu yang mempelajari tentang dasar-dasar kehidupan organisme yang mempengaruhi kehidupan manusia Mempelajari morfologi, anatomi, dan taksonomi tumbuhan dan hewan yang berhubungan dengan dunia kefarmasian.

Sumber :
Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi
Obat Obat Penting
www.fkunissula.ac.id/index.php?option=com_docman...‎..

Rabu, 24 Agustus 2016

SEJARAH KEFARMASIAN DI INDONESIA

 SEJARAH KEFARMASIAN DI INDONESIA
Apakah sahabat mengetahui bagaimana awal mulanya kefarmasian di Indonesia? Hal ini berpacu pada jaman dahulu kala. Farmasi ini berasal dari kata Pharma. Farmasi merupakan istilah yang dipakai pada tahun 1400-1600an. Dalam bahasa inggris Farmasi adalah pharmacy, sedangkan dalam bahasa yunani adalah pharmacon, yang artinya obat. Farmasi merupakan salah satu bidang ilmu professional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan, ilmu fisika, dan ilmu kimia. Yang mempunyai tanggung jawab untuk memastikan efektivitas, keamanan, dan penggunaan obat. Menurut kamus, farmasi adalah seni dan ilmu meracik dan menyerahkan atau membagikan obat. Sedangkan farmasis adalah seseorang yang meracik dan menyerahkan atau membagikan obat. Menurut kamus lainnya farmasi adalah seni atau praktek penyiapan, pengawetan, peracikan dan penyerahan obat ( Webster’s New Collegiate Dictionary. SpringField, MA, G. & C. Merriam Co, 1987 ).
Menurut Smith dan Knapp, seorang farmasis adalah seseoarang yang telah lulus dari perguruan tinggi farmasi. Untuk melakukan praktek farmasi, seorang lulusan harus memperoleh izin/lisensi dari suatu dewan atau badan negara bagian. Agar supaya mendapat izin/lisensi, lulusan suatu pergurun tinggi farmasi di seluruh negara bagian atau daerah disyaratkan untuk menyelesaikan persyaratan pengalaman praktek dan untuk lulus ujian yang diselenggarakan oleh badan farmasi negara.
Berbagai konsep dasar dan teori dalam ilmu fisiologi, patologi, farmakologi, farmakognosi, fitokimia, kimia analisis, kimia sintesis, kimia medisinal, farmasetika/formulasi obat dapat ditemukan pada tiap jaman dalam sejarah perkembangan kefarmasian. Mitologi, konsep dan praktek pengobatan, praktisi/profesi pengobatan, bentuk sediaan obat serta bahan obat di berbagai jaman atau di suatu kebudayaan tertentu ternyata tidak hanya mendasari dan mempengaruhi perkembangan ilmu kefarmasian dan ilmu kedokteran saat ini, namun mendasari dan mempengaruhi perkembangan ilmu pengobatan tradisional di suatu suku bangsa tertentu, bahkan beberapa konsep dasar masih dipakai dalam sistem pengobatan tersebut.
Ruang lingkup farmasi sangatlah luas termasuk penelitian, pembuatan, peracikan, penyediaan sediaan obat, pengujian, serta pelayanan informasi obat. Farmasi sebagai profesi di Indonesia sebenarnya relatif masih muda dan baru dapat berkembang secara berarti setelah masa kemerdekaan. Pada zaman penjajahan, baik pada masa pemerintahan Hindia Belanda maupun masa pendudukan Jepang, kefarmasian di Indonesia pertumbuhannya sangat lambat, dan profesi ini belum dikenal secara luas oleh masyarakat. Sampai proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, para tenaga farmasi Indonesia pada umumnya masih terdiri dari asisten apoteker dengan jumlah yang sangat sedikit.
Awal mulanya muncul kefarmasian, berbagai aspek dan perkembangan ilmu kefarmasian didasarkan urutan sejarah farmasi yang seharusnya dimulai dari zaman pra sejarah, zaman Babylonia-Assyria, zaman Mesir kuno, zaman Yunani kuno dan zaman abad pertengahan. Namun kali ini hanya membahas bagaimana sejarahnya farmasi yang berkembang di Indonesia. Mula – mula dari periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaan, kemudian setelah perang kemerdekaan sampai tahun 1958 serta pada periode tahun 1958 – 1967.
Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan
Tonggak sejarah kefarmasian di Indonesia pada umumnya diawali dengan pendidikan asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.
Periode Setelah Perang Kemerdekaan Sampai dengan Tahun 1958
Pada periode ini jumlah tenaga farmasi, terutama tenaga asisten apoteker mulai bertambah jumlah yang relatif lebih besar. Pada tahun 1950 di Jakarta dibuka sekolah asisten apoteker Negeri (Republik) yang pertama , dengan jangka waktu pendidikan selama dua tahun. Lulusan angkatan pertama sekolah asisten apoteker ini tercatat sekitar 30 orang, sementara itu jumlah apoteker juga mengalami peningkatan, baik yang berasal dari pendidikan di luar negeri maupun lulusan dari dalam negeri.
Periode Tahun 1958 sampai dengan 1967
Pada periode ini meskipun untuk memproduksi obat telah banyak dirintis, dalam kenyataannya industri-industri farmasi menghadapi hambatan dan kesulitan yang cukup berat, antara lain kekurangan devisa dan terjadinya sistem penjatahan bahan baku obat sehingga industri yang dapat bertahan hanyalah industri yang memperoleh bagian jatah atau mereka yang mempunyai relasi dengan luar negeri. Pada periode ini, terutama antara tahun 1960 – 1965, karena kesulitan devisa dan keadaan ekonomi yang suram, industri farmasi dalam negeri hanya dapat berproduksi sekitar 30% dari kapasitas produksinya. Oleh karena itu, penyediaan obat menjadi sangat terbatas dan sebagian besar berasal dari impor. Sementara itu karena pengawasan belum dapat dilakukan dengan baik banyak terjadi kasus bahan baku maupun obat jadi yang tidak memenuhi persyaratan standar.Sekitar tahun 1960-1965, beberapa peraturan perundang-undangan yang penting dan berkaitan dengan kefarmasian yang dikeluarkan oleh pemerintah antara lain :
  • Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok – pokok Kesehatan
  • Undang-undang Nomor 10 tahun 1961 tentang Barang
  • Undang-undang Nomor 7 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan
  • Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek. Pada periode ini pula ada hal penting yang patut dicatat dalam sejarah kefarmasian di Indonesia, yakni berakhirnya apotek dokter dan apotek darurat.
Dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 33148/Kab/176 tanggal 8 Juni 1962, antara lain ditetapkan :
  •  Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek-dokter, dan
  • Semua izin apotek-dokter dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Januari 1963.
Sedangkan berakhirnya apotek darurat ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 770/Ph/63/b tanggal 29 Oktober 1963 yang isinya antara lain :
  •  Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek darurat,
  • Semua izin apotek darurat Ibukota Daerah Tingkat I dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Februari 1964, dan
  • Semua izin apotek darirat di ibukota Daerah Tingkat II dan kota-kota lainnya dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Mei 1964.Pada tahun 1963, sebagai realisasi Undang-undang Pokok Kesehatan telah dibentuk Lembaga Farmasi Nasional.
(Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 39521/Kab/199 tanggal 11 Juli 1963).

SEJARAH FARMASI DUNIA

SEJARAH FARMASI DUNIA
Sejak masa Hipocrates (460-370 SM) yang dikenal sebagai “Bapak Ilmu Kedokteran”, belum dikenal adanya profesi Farmasi. Seorang dokter yang mendignosis penyakit, juga sekaligus merupakan seorang “Apoteker” yang menyiapkan obat. Semakin lama masalah penyediaan obat semakin rumit, baik formula maupun pembuatannya, sehingga dibutuhkan adanya suatu keahlian tersendiri. Pada tahun 1240 M, Raja Jerman Frederick II memerintahkan pemisahan secara resmi antara Farmasi dan Kedokteran dalam dekritnya yang terkenal “Two Silices”. Dari sejarah ini, satu hal yang perlu direnungkan adalah bahwa akar ilmu farmasi dan ilmu kedokteran adalah sama.
Dampak revolusi industri merambah dunia farmasi dengan timbulnya industri-industri obat, sehingga terpisahlah kegiatan farmasi di bidang industri obat dan di bidang “penyedia/peracik” obat (=apotek). Dalam hal ini keahlian kefarmasian jauh lebih dibutuhkan di sebuah industri farmasi dari pada apotek. Dapat dikatakan bahwa farmasi identik dengan teknologi pembuatan obat.
Pendidikan farmasi berkembang seiring dengan pola perkembangan teknologi agar mampu menghasilkan produk obat yang memenuhi persyaratan dan sesuai dengan kebutuhan. Kurikulum pendidikan bidang farmasi disusun lebih ke arah teknologi pembuatan obat untuk menunjang keberhasilan para anak didiknya dalam melaksanakan tugas profesinya.
Dilihat dari sisi pendidikan Farmasi, di Indonesia mayoritas farmasi belum merupakan bidang tersendiri melainkan termasuk dalam bidang MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) yang merupakan kelompok ilmu murni (basic science) sehingga lulusan S1-nya pun bukan disebut Sarjana Farmasi melainkan Sarjana Sains.
Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia (1997) dalam “informasi jabatan untuk standar kompetensi kerja” menyebutkan jabatan Ahli Teknik Kimia Farmasi, (yang tergolong sektor kesehatan) bagi jabatan yang berhubungan erat dengan obat-obatan, dengan persyaratan : pendidikan Sarjana Teknik Farmasi.
Buku Pharmaceutical handbook menyatakan bahwa farmasi merupakan bidang yang menyangkut semua aspek obat, meliputi : isolasi/sintesis, pembuatan, pengendalian, distribusi dan penggunaan.
Silverman dan Lee (1974) dalam bukunya, “Pills, Profits and Politics”, menyatakan bahwa :
1. Pharmacist lah yang memegang peranan penting dalam membantu dokter menuliskan resep rasional. Membanu melihat bahwa obat yang tepat, pada waktu yang tepat, dalam jumlah yang benar, membuat pasien tahu mengenai “bagaimana,kapan,mengapa” penggunaan obat baik dengan atau tanpa resep dokter.
2. Pharmacist lah yang sangat handal dan terlatih serta pakart dalam hal produk/produksi obat yang memiliki kesempatan yang paling besar untuk mengikuti perkembangan terakhir dalam bidang obat, yang dapat melayani baik dokter maupun pasien, sebagai “penasehat” yang berpengalaman.
3. Pharmacist lah yang meupakan posisi kunci dalam mencegah penggunaan obat yang salah, penyalahgunaan obat dan penulisan resep yang irrasional.
Sedangkan Herfindal dalam bukunya “Clinical Pharmacy and Therapeutics” (1992) menyatakan bahwa Pharmacist harus memberikan “Therapeutic Judgement” dari pada hanya sebagai sumber informasi obat.
Melihat hal-hal di atas, maka nampak adanya suatu kesimpangsiuran tentang posisi farmasi. Dimana sebenarnya letak farmasi ? di jajaran teknologi, Ilmu murni, Ilmu kedokteran atau berdiri sendiri ? kebingungan dalam hal posisi farmasi akan membingungkan para penyelenggara pendidikan farmasi, kurikulum semacam apa yang harus disajikan ; para mahasiswa bingung menyerap materi yang semakin hari semakin “segunung” ; dan yang terbingung adalah lulusannya (yang masih “baru”), yang merasa tidak “menguasai “ apapun.
Di Inggris, sejak tahun 1962, dimulai suatu era baru dalam pendidikan farmasi, karena pendidikan farmasi yang semula menjadi bagian dari MIPA, berubah menjadi suatu bidang yang berdiri sendiri secara utuh.rofesi farmasi berkembang ke arah “patient oriented”, memuculkan berkembangnya Ward Pharmacy (farmasi bangsal) atau Clinical Pharmacy (Farmasi klinik).
Di USA telah disadari sejak tahun 1963 bahwa masyarakat dan profesional lain memerlukan informasi obat tang seharusnya datang dari para apoteker. Temuan tahun 1975 mengungkapkan pernyataan para dokter bahwa apoteker merupakan informasi obat yang “parah”, tidak mampu memenuhi kebutuhan para dokter akan informasi obat Apoteker yang berkualits dinilai amat jarang/langka, bahkan dikatakan bahwa dibandingkan dengan apotekeer, medical representatif dari industri farmasi justru lebih merupakan sumber informasi obat bagi para dokter.
Perkembangan terakhir adalah timbulnya konsep “Pharmaceutical Care” yang membawa para praktisi maupun para “profesor” ke arah “wilayah” pasien.
Secara global terlihat perubahan arus positif farmasi menuju ke arah akarnya semula yaitu sebagai mitra dokter dalam pelayanan pada pasien. Apoteker diharapkan setidak-tidaknya mampu menjadi sumber informasi obat baik bagi masyarakat maupun profesi kesehatan lain baik di rumah sakit, di apotek atau dimanapun apoteker berada.